Rabu, 08 Oktober 2014

Bahaya dan Cara Penananan Zat kimia



Praktikum Laju Reaksi
LAJU REAKSI
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Alat dan Bahan :
Alat dan Bahan
1. Pipet
6. Labu takar
11. Corong
2. Gelas kimia 100 ml
7. Pengaduk
12. NaOH(s) → 2 gram
3. Gelas kimia 200 ml
8. Cawan
13. HCl 3 M → 41,7 ml
4. Gelas ukur besar
9. Timbangan kaki 3
14. H2SO4 → 2,8 ml
5. Gelas ukur kecil
10. Sendok kecil
15. Air → 100 ml
Cara Kerja :
  • Percobaan I
  1. Timbang sebanyak 2 gram NaOH(s).
  2. Tuangkan NaOH (s) ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan air ± 100 ml. Kemudian aduk hingga larut.
  3. Tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia ke labu takar. Kemudian tambahkan air hingga volumenya 250 ml.
  • Percobaan II
  1. Ambil sebanyak 41,7 ml HCl 3 M menggunakan gelas ukur.
  2. Tuangkan ke dalam gelas kimia dan tambahkan air ± 100 ml.
  3. Aduk hingga rata.
  4. Tuangkan larutan tersebut ke dalam labu takar dan tambahkan air sampai volumenya 250 ml. Kemudian kocok.
  • Percobaan III
  1. Ambil 2,8 ml H2SO4 pekat menggunakan gelas ukur kecil.
  2. Siapkan 100 ml air dalam gelas kimia.
  3. Tuangkan sedikit demi sedikit H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia sambil diaduk hingga rata.
  4. Tuangkan larutan tersebut ke labu takar dan tambahkan air sampai volumenya 250 ml. Kemudian kocok.
Perhitungan Percobaan :
  • Percobaan I
Untuk membuat larutan 250 ml NaOH dari NaOH padat, maka pertama kali yang dilakukan adalah menimbang NaOH padat.
Diketahui : volumenya 250 ml, Mr NaOH 40
Ditanyakan : massa NaOH padat
Jawab :
nNaoH = 250 ml x 2 = 50 mmol = 0,05 mol
nNaOH = gram NaOH/Mr
0,05 = gram NaOH/40
Gram NaOH = 2 gram
Jadi, massa NaOH yang diperlukan adalah 2 gram.
  • Percobaan II
Untuk membuat larutan 250 ml HCl 0,5 M dari HCl 3 M, pertama kali yang dilakukan adalah menghitung volume HCl.
V1.M1 = V2.M2
250.0,5 = V2.3
V2 = 41,7 ml
Jadi, volume HCl yang diperlukan adalah 41,7 ml
  • Percobaan III
Untuk membuat larutan 250 ml H2SO4 dari H2SO4 padat dengan kadar air 98% adalah melakukan perhitungan sebagai berikut.
Diketahui : c = 1,8 kg/dm3, Mr H2SO4 = 98, V1 = 250 ml, M1 = 0,2 M
Ditanyakan : molaritas H2SO4 pekat dan V2
Jawab :
M =  M
V1.M1 = V2.M2
250.0,2 = V2.18
50 = 18V2
V2 = 2,8 ml
Jadi, volume H2SO4 yang diperlukan adalah 2,8 ml (warna sama persis dengan air).
Kesimpulan :
Laju reaksi dipengaruhi oleh faktor :
  1. Konsentrasi pereaksi.
  2. Suhu.
  3. Luas permukaan.
  4. Katalis.
  5. Tekanan.
Daftar Pustaka
  • Purba, Michael. 2006. Kimia 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Beberapa Senyawa kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah :
H2SO4 (ASAM SULFAT)
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.

Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler menhasilkan besi(II), atau Fe2+

Potensi Bahaya :
Sifat-sifat asam sulfat yang korosif diperburuk oleh reaksi eksotermiknya dengan air. Luka bakar akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini dikarenakan adanya tambahan kerusakan jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.

Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan aerosol asap. Paparan dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran pernafasan, dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umumnya dilaporkan adalah pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis saluran pernafasan masih belum jelas. Di Amerika Serikat, batasan paparan yang diperbolehkan ditetapkan sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa penelanan asam sulfat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dengan degenarasi gabungan subakut.

5. NaOH (Sodium Hidroksida/Soda Api)


Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2.

Potensi Bahaya:
Dapat merusak jaringan tubuh.

Kulit kena NaOH.
HCl (Hydro Chloric Acid) - Asam Klorida
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.

Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimia organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya.

Potensi Bahaya : Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam. Baik kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. Seketika asam klorida bercampur dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit (pemutih NaClO) atau kalium permanganat (KMnO4), gas beracun klorin akan terbentuk.

Keselamatan dan pengamanan
Penanganan dan penyimpanan
:
Hindari kontak langsung dengan asam. Cegah penghisapan uap atau kabut, dengan bekerja dalam almari asam atau dengan ventilasi yang baik. Pengenceran asam dilakukan dengan menambahkan asam sedikit demi sedikit ke dalam air dan bukan sebaliknya. Ingat eksotermik ! Simpan asam dalam wadah yang kuat di tempat berventilasi dan dingin. Jauhkan dari air, zat organik mudah terbakar dan logam. Perhatikan kebocoran wadah. kebocoran dapat merusak lantai.
Tumpahan dan kebocoran
:
Jangan sentuh tumpahan asam. merusak kulit atau pakaian dan lantai. Netralkan tumpahan dengan larutan soda atau kapur, sebelum disiram dengan air. Beri ventilasi. Hati-hati terhadap tempat rendah (uap lebih berat dari udara). Pakai alat pelindung diri dalam menangani tumpahan asam.
Alat pelindung diri
:
Paru-paru : filter penyerap asam atau respirator udara.
Mata : pelindung muka.
Kulit : sarung tangan (CPE, neoprene, PE), pakaian kerja.
Pertolongan pertama
:
Penghirupan : bawa korban ke tempat segar, cari pengobatan.
Terkena mata : cuci dengan air bersih (dan hangat) selama 20 menit dan segera bawa ke dokter





Penanganan Tumpahan Bahan Kimia




Asam  Sulfat, H2SO4
Jangan sentuh tumpahan asam karena dapat merusak kulit atau pakaian dan lantai. Netralkan tumpahan dengan larutan Soda atau kapur tohor, sebelum disiram dengan air. Beri ventilasi. Hati – hati terhadap tempat rendah (uap lebih berat dari pada udara). Pakai alat pelindung diri dalam menangani tumpahan asam.
Asam Klorida, HCl
Penanganan kebocoran gas atau tumpahan larutan HCl harus memakai alat pelindung diri, terutama pelindung pernafasan dan kulit. Uap dapat disemprot dengan air. Tumpahan yang tidak diambil dinetralkan dengan soda atau kapur tohor. Siram dengan air.


Selasa, 23 September 2014

CARA MENYIMPAN BAHAN KIMIA




    Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudah terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, mau tak mau kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
 
      Ada banyak referensi yang bisa kita rujuk agar kita bisa mengenal lebih detail terhadap bahan kimia. Sumber informasi bahan kimia tersebut antara lain dari :
  1. Informasi dari produsen yang bisa dalam bentuk buku katalog bahan/CD, misalnya dari produsen Merck, JT Baker, BDH, dll.
  2. Literatur atau buku tentang Health and Safety.
  3. Material Safety Data Sheet (MSDS).
  4. Informasi dari buku katalog umumnya berisi informasi umum (nama dan komposisi), sifat fisik & kimia serta simbol bahaya. Sedang informasi MSDS didapat secara up to date dengan download dari berbagai sumber.
      Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga jangan sampai berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi.
      Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan.  Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
  • Kontrol temperatur  
  • Perbandingan dan konsentrasi reaktan  
  • Kemurnian bahan  
  • Viskositas media reaksi
  • Kecepatan penambahan bahan
  • Pengadukan
  • Tekanan reaksi atau distilasi
  • Bahaya radiasi
  • Bahaya padatan yang reaktif
      Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
  1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 
  2. Reaksi dekomposisi
  3. Komposisi, struktur dan reaktivitas kimia
  4. Bahan-bahan kimia tidak kompatibel

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

     Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
  • Mudah meledak (explosive) 
  • Mudah menyala (flammable) 
  • Pengoksidasi (oxidizing) 
  • Berbahaya (harmful) 
  • Korosif (corrosive) 
  • Bersifat iritasi (irritant) 
  • Beracun (toxic) 
  • Karsinogenik 
  • Teratogenik 
  • Berbahaya bagi lingkungan
Reaksi dekomposisi
     Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekomposisi (pemisahan) ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.
Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
      Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
  • CN2             ( senyawa diazo ) 
  • C – NO         ( senyawa nitroso )
  • C – NO2        ( senyawa nitro )
      Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
  •  Kontrol temperatur
  •  Perbandingan dan konsentrasi reaktan
  •  Kemurnian bahan
  •  Viskositas media reaksi
  •  Kecepatan penambahan bahan
  •  Pengadukan
  •  Tekanan reaksi atau distilasi
  •  Bahaya radiasi
  •  Bahaya padatan yang reaktif
Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
  • Identifikasi bahan di masing-masing lab.
  • Perhatikan MSDS 
  • Pahami prosedur penanganan
      Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :
Jenis Asam
  • Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium.
  • Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang  flammable dan combustible. 
  • Asam asetat adalah cairan flammable.
  • Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik.
  • Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida.
  • Pisahkan Asam dan Basa
Jenis Basa (Bases)
  • Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik 
  • Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium
Pelarut (Flammable dan combustible)
  • Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent
  • Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain 
  • Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll
Pengoksidasi
  •  Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable
  •  Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format
Sianida
  • Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap Air  
  • Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air 
  • Siapkan Racun api kelas D didekatnya
Bahan Piroforik
  • Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin 
  • Berikan tambahan seal yang kedap udara
Light-Sensitive Chemicals
  • Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.
Bahan pembentuk peroksida
  • Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable 
  • Pisahkan dari pengoksidasi dan asam
Bahan Beracun
  • Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya 
  • Pergunakan sistem keamanan yang memadai
Tempat cairan
      Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume. 
Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium.
Chemical Storage Cabinets
      Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk penyimpanan asam dan basa.
Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids

ALAT PELINDUNG DIRI


       Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu  alat yang mempunyai  kemampuan untuk  melindungi  seseorang  yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Dan juga mengurangi resiko akibat kecelakaan.




  •          Berikut adalah jenis-jenis Alat   Pelindung Diri (APD):

1. Safety Helmet
    Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. 

2. Safety Belt
   Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerjaberada di atas ketinggian.


3. Safety Shoes
   Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

4. Sepatu Karet
    Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

5. Sarung Tangan
    Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.


6. Masker (Respirator)
    Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). 

7. Jas Hujan (Rain Coat)
   
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).


8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
     Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

9. Penutup Telinga (Ear Plug)
     Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.


10. Pelindung Wajah (Face Shield)
    Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). 

11. Pelampung
    Pelampung berfungsi melindungi  pengguna yang bekerja di atas air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi  tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.