Selasa, 23 September 2014

CARA MENYIMPAN BAHAN KIMIA




    Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudah terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, mau tak mau kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
 
      Ada banyak referensi yang bisa kita rujuk agar kita bisa mengenal lebih detail terhadap bahan kimia. Sumber informasi bahan kimia tersebut antara lain dari :
  1. Informasi dari produsen yang bisa dalam bentuk buku katalog bahan/CD, misalnya dari produsen Merck, JT Baker, BDH, dll.
  2. Literatur atau buku tentang Health and Safety.
  3. Material Safety Data Sheet (MSDS).
  4. Informasi dari buku katalog umumnya berisi informasi umum (nama dan komposisi), sifat fisik & kimia serta simbol bahaya. Sedang informasi MSDS didapat secara up to date dengan download dari berbagai sumber.
      Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga jangan sampai berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi.
      Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan.  Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
  • Kontrol temperatur  
  • Perbandingan dan konsentrasi reaktan  
  • Kemurnian bahan  
  • Viskositas media reaksi
  • Kecepatan penambahan bahan
  • Pengadukan
  • Tekanan reaksi atau distilasi
  • Bahaya radiasi
  • Bahaya padatan yang reaktif
      Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
  1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 
  2. Reaksi dekomposisi
  3. Komposisi, struktur dan reaktivitas kimia
  4. Bahan-bahan kimia tidak kompatibel

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

     Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
  • Mudah meledak (explosive) 
  • Mudah menyala (flammable) 
  • Pengoksidasi (oxidizing) 
  • Berbahaya (harmful) 
  • Korosif (corrosive) 
  • Bersifat iritasi (irritant) 
  • Beracun (toxic) 
  • Karsinogenik 
  • Teratogenik 
  • Berbahaya bagi lingkungan
Reaksi dekomposisi
     Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekomposisi (pemisahan) ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.
Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
      Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
  • CN2             ( senyawa diazo ) 
  • C – NO         ( senyawa nitroso )
  • C – NO2        ( senyawa nitro )
      Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
  •  Kontrol temperatur
  •  Perbandingan dan konsentrasi reaktan
  •  Kemurnian bahan
  •  Viskositas media reaksi
  •  Kecepatan penambahan bahan
  •  Pengadukan
  •  Tekanan reaksi atau distilasi
  •  Bahaya radiasi
  •  Bahaya padatan yang reaktif
Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
  • Identifikasi bahan di masing-masing lab.
  • Perhatikan MSDS 
  • Pahami prosedur penanganan
      Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :
Jenis Asam
  • Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium.
  • Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang  flammable dan combustible. 
  • Asam asetat adalah cairan flammable.
  • Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik.
  • Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida.
  • Pisahkan Asam dan Basa
Jenis Basa (Bases)
  • Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik 
  • Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium
Pelarut (Flammable dan combustible)
  • Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent
  • Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain 
  • Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll
Pengoksidasi
  •  Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable
  •  Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format
Sianida
  • Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap Air  
  • Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air 
  • Siapkan Racun api kelas D didekatnya
Bahan Piroforik
  • Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin 
  • Berikan tambahan seal yang kedap udara
Light-Sensitive Chemicals
  • Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.
Bahan pembentuk peroksida
  • Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable 
  • Pisahkan dari pengoksidasi dan asam
Bahan Beracun
  • Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya 
  • Pergunakan sistem keamanan yang memadai
Tempat cairan
      Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume. 
Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium.
Chemical Storage Cabinets
      Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk penyimpanan asam dan basa.
Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids

ALAT PELINDUNG DIRI


       Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu  alat yang mempunyai  kemampuan untuk  melindungi  seseorang  yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Dan juga mengurangi resiko akibat kecelakaan.




  •          Berikut adalah jenis-jenis Alat   Pelindung Diri (APD):

1. Safety Helmet
    Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. 

2. Safety Belt
   Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerjaberada di atas ketinggian.


3. Safety Shoes
   Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

4. Sepatu Karet
    Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

5. Sarung Tangan
    Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.


6. Masker (Respirator)
    Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). 

7. Jas Hujan (Rain Coat)
   
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).


8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
     Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

9. Penutup Telinga (Ear Plug)
     Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.


10. Pelindung Wajah (Face Shield)
    Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). 

11. Pelampung
    Pelampung berfungsi melindungi  pengguna yang bekerja di atas air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi  tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
 

Jumat, 19 September 2014

ALAT PEMADAM KEBAKARAN

     Kebakaran dalam Laboratorium banyak terjadi karena pemanasan, ekstrasi, atau Destilasi pelarut organik. Prinsip utama dalam penanggulangan kebakaran adalah bahwa api sebelum membesar harus segera dapat dipadamkan. Semakin besar api semakin sukar dikuasai karena suhu yang lebih tinggi akan mempercepat proses kebakaran. Selagi api masih kecil harus segera dipadamkan dengan kain atau sarung basah atau selimut basah (fire blanket).
  
  • Jenis-jenis Bahan Api

  1.         Bahan Padat (Combustion Solids)
  2.         Kayu, Kertas, Kain
  3.         Cairan Mudah Terbakar (Combustible Liquid)
  4.         Petrol, Kerosene, Diesel, Methanol, Ethanol
  5.         Gas Mudah Terbakar (Combustible Gases)
  6.         Hydrogen, Methane, Butane, Carbon Monoxide
  7.         Bahan Logam (Combustible Matels)
  8.         Kalium (Potassium), Natrium (Sodium), Kalsium Magnesium


  • Jenis-jenis Pemadam Kebakaran

        Bergantung pada jenis api yang terjadi, berbagai macam pemadam kebakaran yang dapat dipakai adalah :

1. AIR

   Mudah diperoleh dengan cepat. Dalam pemadaman, air berfungsi sebagai pendingin dan menyelimuti bahan dari O2 oleh adanya uap air yang terbentuk. Air amat baik untuk api kelas A yaitu kebakaran kertas, kayu, karet, dan sebagainya. Tetapi pemadaman air berbahaya untuk:
  •         Kelas B : kebakaran pelarut organic karena justru akan membesarkan atau memperluas kobaran api. Kecuali pelarut organic tersebuk lebih berat air atau larut dalam air.
  •         Kelas C : kebakaran akibat listrik karena akan menimbulkan hubungan jarak pendek. Kecuali apabila listrik dipadamkan lebih dahulu.
  •         Kelas D : kebakaran logam-logam Alkali seperti Na dan K, karena akan memperbesar reaksi kebakaran.

2. BUSA

    Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi mengisolasi bahan dan oksigen. Pemadam kebakaran jenis busa cukup efektif untuk Api kelas A dan B, tetapi berbahaya untuk api kelas C dan D.

3. BUBUK KERING (DRY POWDER)

    Bubuk Kering adalah bubuk halus campuran bahan kimia seperti Na2CO3, K2CO3, KCl, (NH4)3PO4 dan sebagainya yang mudah mengalir apabila yang mudah mengalir apabila disemprotkan. Dalam pemadaman api, bahan tersebut berfungsi sebagai:

  1.     Melindungi bahan dari O2
  2.     Melindungi bahan dari radiasi panas
  3.     Menyerap radikal pembentuk reaksi rantai

    Jenis pemadam ini amat baik untuk api kelas A, B dan D, tetapi tidak efektif untuk tempat yang berangin atau diluar. Selain itu, api dapat timbul kembali (reignition) setelah dipadamkan.

4. GAS CO2

    Gas CO2 bertekanan tinggi, dengan efektif dapat dipakai untuk pemadaman segala jenis kebakaran api (A, B, C dan D). hal ini karena terjadi gas tersebut yang lebih berat dari udara dapat menutupi atau mengisolasi bahan yang terbakar dari O2. namun kelemahannya adalah dapat terjadi penyalaan kembali.

5. HALON

    Halon adalah senyawa hidrokarbonyang terhalogenasi (umumnya turunan metana dan etana). Jenis pemadam kebakaran ini berfungsi sebagai :
  1.     Pembentuk selimut inert yang mengisolasi bahan dari O2
  2.     Penyerap yang efektif terhadap radikal-radikal penyebab reaksi berantai.

     Sebagaimana gas CO2, halon dapat dipakai pemadaman api kelas A, B, C dan D. Mempunyai volume yang lebih kecil sehingga lebih praktis daripada CO2. Secara singkat penggunaan pemadam kebakaran dapat dilihat dari table berikut :


TUMPAHAN BAHAN KIMIA

      Tumpahan pada area kerja perlu dibersihkan, dilaporkan dan dicatat apalagi dalam jumlah besar karena dapat menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan tumpahan. Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain: keracunan akibat menghirup uap bahan tersebut, korosif dan dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan jika bereaksi dengan bahan-bahan mudah terbakar.
 
Prosedur penanganan tumpahan secara umum adalah :


  1. Kenali tumpahan/identifikasi bahan yang tumpah dan mengetahui teknik aman penanganannya.
  2. Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan, pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
  3. Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal tersebut aman dilakukan.
  4. Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat.
     


CARA MENGATASI TUMPAHAN BAHAN KIMIA

Asam Inorganik 
  • Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 (1:1). Campur dan bila perlu tambah air agar membentuk slurry. Buang slurry tersebut ke dalam bak pembuangan air.

  • Pembuangan/Pemusnahan Bahan
Tambahan pada asam sejumlah besar campuran NaOH dan Ca(OH)2 agar netral. Buang campuran tersebut ke dalam air yang sedang mengalir. 
Contoh: asam klorida, asam fluoride, asam nitrat, asam posfat, dan asam sulfat.

Basa Alkali dan Amonia
  • Penanganan Bahan Tumpahan
Encerkan dengan air dan netralkan dengan 6M HCl, serap dengan kain atau pindahkan pada suatu wadah untuk dibuang.

  • Pembuangan/Pemusnahan Bahan
Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan. Buang dalam pembuangan air basa. 
Contoh: ammonia anhidrat, kalsium hidroksida, dan natrium hidroksida.

Bahan Kimia Oksidator
  • Penanganan Bahan Tumpahan
Tumpahan zat padat atau cairan ditutup atau dicampur dengan reduktor seperti garam hipo, bisulfit, dan ferosulfat yang ditambah sedikit 3M asam sulfat. Pindahkan dalam suatu wadah dan netralkan sebelum dibuang lewat bak air.

  • Pembuangan/Pemusnahan Bahan
Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit, atau ferosulfat yang ditambah H2SO4). Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl. Buang dengan banyak air. Contoh: amonium dikromat, amonium perklorat, amonium persulfat, dan asam perklorat.

Bahan Kimia Reduktor
  • Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup atau campur dengan NaHCO3. Biarkan reaksi selesai dan pindahkan ke dalamsuatu wadah. Tambahkan kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2 perlahan-lahan. Tambahkan air dan biarkan reaksi selesai. Encerkan dan netralkan sebelum dibuang ke dalam air.

  • Pembuangan/Pemusnahan Bahan
Gasa (seperti SO2)           : Alirkan ke dalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit.
Padat                        :Campur dengan NaOH (1:1), tambah air sampai membentuk slurry. Tambahakan kalsium hipolorit dan air serta biarkan selama2 jam. Netralkan   sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.
Contoh: natrium bisulfat, natrium nitrit, natrium sulfite, dan belerang oksida.

Sianida dan nitril
  • Penanganan baham tumpahan
Sianida: serap cairan pada kertas bekas/tissue. Upakan dalam lemari asamdan bakar atau: pindahkan ke dalam wadah gelas dan basahkan dengan NAOH dan aduk.ke dalam slurry tambahan ferosulfat berlebih. Setelah satu jam, dibuang ke dalam pembuangan air.
Nitril:Tambah NaOH berlebih dengan Ca(OCL)2 untuk membentuk sianat. Pindahkan ke wadah gelas dan buang kedalam pembuangan air setelah 1 jam bereaksi.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan          
Sainida: tambahkan bahan kedalam larutan basa dan kalsium hipoklorit berlebih. Biarkan 24 jam dan buang kedalam pembuangan air.
Nitril: tambahkan ke dalam NaOH alcohol untuk membentuk sianat, setelah 1 jam, uapkan alcohol. Tambah ke dalam residu sianat sejumlah larutan basa kalsiumhipoklorit berlebih. Setelah 24 jam buang kedalam pembuangan air.

Asam organic
  • Penanganan bahan tumpahan
Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaOH atau NaHCO3.campur dan tambah air bila perlu. Pindahkan slurry untuk dinentralkan dan dibuang dalam bak pembuangan air.

  • Pembuangan dan pemusnahan bahan
Bahan berupa cair atau padat dilarutkan kedalam pelarut organic yang mudah terbakar. Bakar dalam insenerator.
Contoh: asam asetat, asam benzoate, asam sitrat, asam formiat, asam oksalat,dan asamstearat.

Halida Asam Organik 
  • Pembuangan bahan tumpahan
Tutup dengan NaHCO3 dan pindahkan kedalam beaker glass serta tambah dengan air. Biarkan sebentar dan buang bersama dengan sejumlah air.

  • Pembuangan dan pemusnahan bahan
Campurkan dengan NaHCO3 dalam wadah gelas atau plastik dan tambahkan air dalam jumlah banyak sambil diaduk. Buang kedalam bak air diikuti dengan banyak air.
Contoh:asetil bromide,asetil klorida, dan benzoil klorida

Aldehida
  • Penanganan bahan tumpahan
Sedikit : serap pada tissue dan uapkan dalam almari asam serta bakar.
Banyak : tutup dengan NaHSO3,tambah air dan aduk. Pindahkan ke dalam beaker gelas dan biarkan selama 1 jam. Buang dengan air dalam jumlah banyak.

  • Pembuangan /pemusnahan bahan
1.Serap kedalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam insenerator
2.Larutkan dalam aseton atau benzene,bakar dalam insenerator.
Contoh: asetadehida, akrolein, benzaldehida, kloral, formaldehida, furfural, dan paraldehida.

Halide organic dan senyawa
  • Penanganan bahan tumpahan
Hindarkan sumber api. Absorpsi kedalam kertas tisu. Masukan kedalam wadah gelas atau besi. Uapkan kedalam lemari asam dan bakar. Cuci wadahnya dengan sabun.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan
1.Tuangkan kedalam NaHCO3 atau campurkan pasir dengan NaOH aduk baik-baik dan pindahkan kedalam insenerator
2.Larutkan kedalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, benzene). Bakar dalam insenerator.
Contoh : aldrin, klordan, dieldrin, lindane, tetraetilead, dan vinilklorida.

Asam organic tersubstitusi
  • Penaganan bahan tumpahan
Tutup tumpahan bahan dengan NaHCO3, pindahkan kedalam beaker dan tambah air.Biarkan reaksi selesai dan buang ke dalam bak air.
 
  • Pembuangan/pemusnahan bahan
1.Tuangkan kedalam NaHCO3 berlebihan. Campurkan dan tambahkan air. Biarkan24 jam setelah itu secara perlahan-lahan buang bersama sejumlah air, atau
2.Tuangkan kedalam absorben. Tutup dengan sisa kayu atau kertas, siram dengan alkohol bekas dan bakar,atau
3.Larutkan kedalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol. Bakar dalam insenerator.
Contoh:asam benzene sulfonat, asam kloroasetat, asam trikloroasetat, dan asamfluoroasetat.

Amin Aromatik terhalogensi dan senyawa nitro
  • Penanganan bahan tumpahan
Serap dengan kertas tisu. Uapkan dalam almari asam dan bakar. Tumpahan dalam jumlah banyak dapat diserap dengan pasir + NaHCO3. Campur dengan potongan kertas dan bakar dalam insenerator.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan
1.Seperti pada tumpahan banyak, atau
2.Dibakar langsung dengan insenerator dengan scrubber, atau
3.Campurkan dengan pelarut mudah terbakar (alcohol, benzene) dan bakar dalam insenerator 
Contoh:dinitroanilin, endrin, metal isosianat, nitrobenzene, dan nitrofenol.65
 
Senyawa amin aromatic
  • Penanganan bahan tumpahan
Sedikit: serap dalam kertas tisu atau kertas biasa. Biarkan menguap dalam lemari asam ,sisanya dibakar.
Banyak: tutup dengan campuran pasir dan NaOH. Aduk dan campur dengan potongan- potongan kertas dan bakar dalam insenerator.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan
1.Dapat dilakukan seperti pada tumpahan banyak.
2.Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alcohol, benzene) dan bakar dalam insenerator.
Contoh : aniline, benzidine (karsinogenik), dan pyridine.

Posfat organic dan senyawa sejenis
  • Penaganan bahan tumpahan
Adsorp dalam kertas tisu atau kertas bekas dan bakar.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan
1.Bakar langsung kedalam insenerator setelah dicampurkan dengan pasir dan dibasahi dengan pelarut organic yang mudah terbakar.
2.Campur dengan kertas bekas dan bakar insenerator dengan scrubber alkali.
Contoh: malation, metal parathion, parathion, dan tributilposfat.

Eter
  • Penaganan bahan tumpahan
Hilangkan semua sumber api. Serap eter kedalam kertas tisu/bekas. Uapkan sampai kering didalam lemari asam. Setelah uap hilang semua, kertas dibakar.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan
1.Siramkan ke atas tanah yg terbuka. Biarkan proses penguapan dan bakar jarak  jauh, dengan amat hati-hati, atau
2.Larutkan dalam alkohol lebih tinggi (butyl alcohol), benzene atau petroleum eter. Bakar dalam insenerator.

Perhatian
Eter yang sudah lama dapat mengandung peroksida yang dapat meledak.oleh karna itu,dalam penanganannya botol-botol tersebut harus dimasukan dalam silinder pelindung yang dapat menahan bila terjdi peledakan.
Contoh :anisole, etil eter, dan metil eter 
 
Hidrokarbon,alcohol, dan ester
  • Penaganan bahan tumpahan
Bahan cairan diserap kedalam kertas.uapkan dalam lemari asam. Dan bakar kertasnya. Bahan padatan ditaruh diatas kertas. Bakar dalam lemari asam.

  • Pembuangan/pemusnahan bahan
Campurkan bahan berupa cairan dengan pelarut yang lebih mudah terbakar. Dan bakar cairan insonerator. Bahan berupa padatan dibakar bersama kertas dalam insonerator. Atau bahan padat dilarutkan dalam pelarut mudah terbakar dan dibakar dalam insenerator.
Contoh: antrasena, benzene,crude oil (minyak mentah),sikloheksan, fenol, toluene, dan metal akrilat.

Sabtu, 13 September 2014

MATERIAL SAFETY DATA SHEETS

Material Safety Data Sheet (MSDS)  adalah kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Informasi tersebut diharapkan berguna untuk menumbuhkan naluri atau sikap mencegah, menghindari dan mampu menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi, serta sikap kehati-hatian dalam menangani bahan kimia berbahaya. Adapun contoh MSDS dari beberapa bahan kimia yang sering digunakan dalam praktikum maupun analisis yaitu sebagai berikut:


HCL

A.     IDENTITAS PRODUK DAN PERUSAHAAN
Nama Produk : Asam Hydrahloric.
Rumus Kimia : HCL.

B.     KOMOPOSISI BAHAN
Bahan 36% berat CAS No. 7647-01-10.
Batas Pemaparan : 5 ppm (7.5mg/m3) (TLV-C).

C.     IDENTIFIKASI BAHAYA
Ringkasan terhadap yang penting : Asam chloride sangat korosif dan toksik serta iritatif bila kontak dengan kulit.
Akibat terhadap kesehatan :
Mata : Menyebabkan iritasi bahkan kebutaan.
Kulit : Menyebabkan luka bakar dan dermatitis.
Tertelan : Menyebabkan luka bakar pada membram mukosa dimulut, dan esofagus.
Terhirup : Menyebabkan bronchitis kronis.

D.     TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Mata : Bilas dengan air selama 15 menit.
Kulit : Cuci dengan air sebanyak-banyaknya dan lepas pakaian yang terkontaminasi.
Tertelan : Bila sadar, beri minum 1-2 gelas air, hindari pemanis buatan.
Terhirup : Pindahkan korban ketempat yang cukup udara dan bawa kedokter.

E.      TINDAKAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Bahaya khusus : Bila kontak dengan logam akan menghasilkan gas hydrogen yang mudah terbakar.
Instruksi pemadaman api : dapat dilakukan dengan pemadam api biasa, wadah yang terpapar panas dapat disemprot dengan air agar dingin, tetapi air tidak boleh masuk kewadah.

F.      TINDAKAN TERHADAP TUMPAHAN DAN KEBOCORAN
Tumpahan dan kebocoran kecil : Bila kebocoran tidak besar tutup dengan tanah kering, pasir kering atau material lain yang tidak terbakar diikuti dengan lembaran plastik untuk menghindari penyebaran atau kontak dengan air hujan.
Tumpahan dan kebocoran besar : Harus memakai alat pelindung diri terutama masker dan pelindung badan.
Alat pelindung diri : Respirator kimia penyerap HCL, kacamata, sarung tangan.

G.     PENYIMPANAN DAN PENANGANAN BAHAN
Penanganan bahan : Bekerja dengan gas/uap HCL harus dalam lemari asam. Waspada terhadap kebocoran gas.
Pencegahan terhadap pemaparan : Gunakan pelindung tubuh.
Penyimpanan : Simpan ditempat dingin, berventilasi dan lantai gedung harus tahan asam.
Syarat khusus penyimpanan bahan : Jauhkan dari bahan oksidator dan bahan alkali serta sulfida, formadehid, logam natrium, merkuri sulfat dan amonium hidroksida.

H.     PENGENDALIAN PEMAJANAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
Pengendalian teknis : Gunakan ventilasi umum yang mencakup untuk menjaga debu ketingkat serendah mungkin
Alat pelindung diri : Respirator kimia penyerap HCL, kacamata, jas lab, pelindung muka, dan sarung tangan.

I.       SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Bentuk : Cair.
Bau : Menyengat.
Warna : Bening – agak kekuningan
Massa jenis : 2,13
Titik didih : 85 C
Titik lebur : -20 C
Tekanan uap : 20 mbar
Kelarutan dalam air : terlarut 82,3 g/100m
ph : 1

J.       REAKTIFITAS DAN STABILITAS
Sifat reaktifitas : senyawa HCL stabil pada suhu kamar. Oleh pengaruh panas akan terurai menjadi hydrogen dan klor. Larutan dalam air sangat reaktif dengan logam dan menghasilkan gas hydrogen yang eksplosif.
Sifat stabilitas : stabil pada tekanan dan temperatur normal
Kondisi yang harus dihindari : panas dan lembab
bahan yang harus dihindari : aluminium, amines, karbit, fluor, logam alkali, basa kuat, H2SO4, dll.
bahan dekomposisi : Hydrochloric acid chlorine

K.      INFORMASI TOKSIOLOGI
Nilai ambang batas : 5 ppm
terkena mata : iritasi dan kebutaan
tertelan LD 50 : 000 mg/kg
terhirup LC 50 : 3124 ppm/1jam
terkena kulit : luka bakar

L.      INFORMASI EKOLOGI
Dampak thdp lingkungan : menyebabkan ikan mati apabila air terkontaminasi dan menyebabkan perubahan pH.

M.    PEMBUANGAN LIMBAH
Sebelum dibuang harus dinetralkan dengan alkasi Ph = 9

N.     PENGANGKUTAN
Peraturan internasional : Peraturan DOT
Peraturan darat : truk tanki
peraturan laut : kapal laut
Peraturan udara : tidak ada


NAOH

A.     IDENTIFIKASI BAHAYA
Mata : Menyebabkan kebutaan
Kulit : Menyebabkan kulit terbakar dan iritasi
Tertelan : Merusak sistem pencernaan
Terhirup : Menyebabkan iritasi dipneumonia dan pernafasan

B.     PERTOLONGAN PERTAMA
Mata : Bilas dengan air selama 15 menit
Kulit : Bilas dengan air selama 15 menit
Tertelan : Bila korban sadar beri air dan minta bantuan medis
Terhirup : Beri nafas buatan, hirup udara segar

C.    SIFAT FISIKA dan SIFAT KIMIA
Keadaan fisik dan penampilan: Solid. (Bubuk kristal padat.)
Bau: Sedikit.
Rasanya: Garam.
Berat Molekul: 58,44 g / mol
Warna: Putih.
pH (1% soln / air): Netral 7
Titik Didih: 1413 ° C (2575,4 ° F)
Melting Point: 801 ° C (1473,8 ° F)
Spesifik Gravity: 2.165 (Air = 1)
Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air.
kelarutan:Mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam gliserol, dan amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol. tidak larut dalam Asam klorida.

CH3COOH

A.     IDENTIFIKASI BAHAYA
Mata : Menyebabkan kebutaan
Kulit : Menyebabkan kulit terbakar dan dermatitis
Tertelan : Merusak sistem pencernaan
Terhirup : Menyebabkan iritasi dipneumonia dan pernafasan

B.     PERTOLOONGAN PERTAMA
Mata : Bilas dengan air selama 15 menit
Kulit : Bilas dengan air selama 15 m3enit
Tertelan : Beri minum yang banyak
Terhirup : Hirup udara segar

 ARANG AKTIF

A.     IDENTIFIKASI BAHAYA
Beresiko meledak dengan oksidator, minyak, halogen dan peroksida


B.     PERTOLONGAN KEBAKARAN
Padamkan dengan alat pemadam yang tidak bereaksi dengan arang aktif